Sunday, June 10, 2007

Membantu Thailand Menuju 4G

Selama tiga hari pada pertengahan Mei 2007, saya berada di Asian Institute of Technology di pinggiran Bangkok, Thailand, memberikan workshop tentang Next Generation Network dan teknologi seluler 4G. Workshop tersebut diselenggarakan atas undangan Prof Kanchana Kanchanasut dari Departemen Computer Science Asian Institute of Technology. Kanchana sendiri pernah menjabat sebagai salah satu board director di ICANN, yang merupakan lembaga tertinggi di internet dunia.

Satu hal strategis yang mendasar dari kegiatan workshop Next Generation Network (NGN) dan 4G tersebut adalah ternyata di balik kegiatan itu terbayang rencana dari Menteri ICT Thailand untuk membawa Thailand melompat menuju 4G dan NGN. Tampaknya Thailand serius melakukan ancang-ancang melakukan lompatan tersebut.

Selain saya, workshop juga diberikan Dr Apinun Tunpan (lulusan AS) dan Andrey Kouprianov (lulusan Asian Institute of Technology/AIT). Materi yang dibawa Dr Tunpan lebih ke arah Trixbox, sedangkan Andey lebih ke arah SER. Kedua instruktur mitra saya tersebut lebih memberikan ilmu kepada softswitch saja.

Sementara saya di workshop tersebut mengajarkan Asterisk, ENUM, dan integrasi ke telkom. Workshop diselenggarakan di Internet Education and Research Laboratory (InterLab) AIT yang dirancang menjadi pusat penggodokan SDM internet di Asia. InterLab dipimpin oleh ketuanya, Prof Jun Murai dari Keio University, Jepang, dan Prof Kilnam Chon dari Korea Selatan, yang merupakan tokoh internet di negara masing-masing.

Baru mengenal
Peserta yang hadir kebanyakan dari perusahaan dan institusi telekomunikasi terbesar di Thailand, seperti Shin Satellite, Advanced Info Service Public Company, Samart Telcom, TOT (Telecommunication of Thailand), dan beberapa universitas di Thailand. Juga hadir beberapa peserta dari negara tetangga, seperti MYREN Malaysia maupun Institute of Technology Cambodia.

Kita sebagai bangsa Indonesia boleh berbangga hati karena ternyata semua peserta, termasuk instruktur lainnya, baru pertama kali mengenal teknologi ENUM maupun detail teknik integrasi ke NGN dan 4G ke jaringan Telkom Thailand. Kebanyakan di antara mereka masih berpikir bahwa VoIP adalah telepon dari komputer ke komputer melalui internet.

Sementara kita di Indonesia melalui VoIP Merdeka tahun 2000-an dan dilanjutkan oleh VoIP Rakyat merupakan pekerjaan sehari-hari selama lebih dari lima tahun mengoperasikan sistem NGN dan 4G di internet Indonesia. Melihat hal di atas, saya semakin yakin bahwa apa yang kita lakukan di Indonesia melalui VoIP Rakyat merupakan teknologi yang belum dikuasai oleh banyak institusi besar telekomunikasi di negara-negara sekitar kita.

Thailand, Malaysia, dan Kamboja yang hadir di ruangan workshop jelas-jelas kalah dibandingkan dengan kemampuan Indonesia. Hal strategis lain yang membuat saya yakin dengan kemampuan Indonesia beberapa tahun mendatang adalah aktifnya diselenggarakannya workshop, demo, maupun seminar yang sifatnya hands-on dan merakyat tentang NGN dan 4G, memang dikemas dengan bahasa yang merakyat seperti ponsel tanpa SIM card, VoIP Cikal Bakal Telkom Rakyat.

Ide tentang NGN dan 4G menjadi sangat merakyat di masyarakat Indonesia. Gambaran bahwa ponsel tanpa SIM card yang sebetulnya merupakan teknologi 4G menjadi lebih nyata bagi kebanyakan rakyat Indonesia.

Frekuensi aktivitas demo, workshop, seminar di Indonesia terjadi sangat tinggi dengan rata-rata 2-4 kota per minggu dan peserta rata-rata 150-200 peserta. Hal ini terus terang tidak terjadi di negara-negara sekitar kita, bahkan di Amerika Serikat pun tidak terjadi tingkat aktivitas yang sedemikian tinggi.

Kemampuan tinggi
Dibantu dengan internet 24 jam menggunakan teknologi wajanbolic e-goen pada tingkat RT/RW-net menjadikan NGN dan 4G sangat merakyat di Indonesia. Tidak ada bangsa lain di dunia yang menguasai dan menjiwai teknologi wajan ini sebaik bangsa Indonesia.

Memang semua aktivitas VoIP Rakyat, RT/RW-net, Wajanbolic, NGN, dan 4G yang sedemikian marak di lapisan bawah di tingkat rakyat sampai detik ini masih disepelekan regulator telekomunikasi di Indonesia. Terus terang, saya pribadi bersyukur regulator telekomunikasi menyepelekan infrastruktur rakyat ini karena hal ini menunjukkan secara eksplisit bahwa rakyat Indonesia sebetulnya mempunyai kemampuan yang tinggi, dan sebetulnya rakyat Indonesia tidak membutuhkan pemerintah maupun regulator untuk membangun infrastruktur telekomunikasinya.

Kunci keberhasilan itu bukan pada uang dan alat, kuncinya berada pada otak manusia Indonesia.

Memang semua ini menjadi tantangan besar sekali bagi regulator telekomunikasi Indonesia karena ilmu dan teknologi yang ada telah memungkinkan rakyat membuat sendiri jaringan telekomunikasi private (tertutup) yang skalanya sangat besar di atas infrastruktur internet buatan sendiri pula.

Dalam beberapa kondisi, ini semua merupakan tantangan langsung bagi jaringan telekomunikasi publik. Regulasi di Indonesia tidak berhasil mengantisipasi kemampuan rakyat membuat jaringan telekomunikasi tertutup yang sedemikian besar.

Tidak mengherankan kalau banyak pejabat di tingkat operator maupun regulator menjadi gelisah. Semoga kita semua sadar bahwa bangsa Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar di bidang telekomunikasi. Semoga kita sadar bahwa "Dunia pun belajar pada kita, Bangsa Indonesia".

Onno W Purbo Mantan Dosen ITB dan Penulis Independen

No comments: