Pekan lalu, Menkominfo bertemu dengan para wartawan media massa dalam sebuah acara ramah-tamah. Ada beberapa hal menarik yang menjadi catatan penting ketika Prof M Nuh berbicara di depan wartawan.
Menurut Menkominfo yang baru ini, masyarakat berbasis informasi tidak melulu tercapai dengan membangun infrastruktur saja, tetapi juga harus melihat sisi harga dan budaya dari masyarakat yang ingin berbasis informasi tersebut.
Kalau budaya jelas persoalannya. Selama ini kita berkutat keras untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang suka membaca dan menulis. Bukan bangsa yang "doyan ngobrol" atau "kongkow-kongkow". Upaya ini sulit sekali dicapai karena memang terkait dengan kebiasaan kita selama ini yang tidak gemar membaca dan menulis.
Herannya, kalau ada pameran buku murah, atau pameran apa pun yang murah, selalu saja dipenuhi oleh pengunjung. Tetapi, di sisi lain, ketika SMS atau percakapan telepon murah diperkenalkan sebagai bagian dari promosi, kita masih belum melihat terjadinya lonjakan signifikan.
Atau, biaya seperti yang disebut oleh Menkominfo sebagai harga tersebut, memang bukan realitas yang sesuai dengan daya jangkau masyarakat pada umumnya?
Salah satu operator terbesar di Indonesia, misalnya, menyebutkan, rata-rata pelanggannya hanya mengirim 140 buah SMS setiap bulan, atau sama dengan sekitar lima buah SMS sehari. Jumlah yang sangat kecil dibanding dengan negara tetangga seperti Filipina yang menggulingkan presidennya dengan SMS.
Lucunya, operator seluler pun menganggap bahwa dengan memberikan bonus para konsumen dianggap telah dibantu berkomunikasi secara murah. Aneh bin ajaib. Kalau memang murah, sebenarnya berapa harga dasar komunikasi SMS tersebut?
Kembali ke pernyataan Menkominfo tentang harga. Jangan-jangan memang harga yang ditetapkan industri teknologi komunikasi informasi terlalu besar dengan margin keuntungan yang tidak pernah bisa dibayangkan.
Atau di sisi lain, harga tinggi ini disebabkan oleh ekonomi biaya tinggi yang terjadi di berbagai instansi, termasuk Depkominfo. Coba bayangkan, berapa sebenarnya biaya mengurus sertifikasi ponsel, komputer notebook dengan wifi atau telekomunikasi 3G, dan teknologi lainnya.
Semua orang tahu. Mau cepat tambah biaya ekstra. Mau prosedur, banyak alasan yang diajukan. Dan kondisi ini terjadi di semua instansi pemerintahan, dari pusat sampai ke daerah-daerah, untuk mengurus berbagai macam perizinan.
No comments:
Post a Comment